Jumat, 12 Mei 2017

Belajar Kebahagiaan dari Diogenes



Oleh ; Yosafat N.Manullang

Salah satu aliran filsafat zaman Yunani kuno yang sangat saya kagumi adalah aliran kaum”Sinisme”.Orang yang mendirikan aliran ini adalah Antisthenes yang merupakan murid dari Socrates. Aliran ini mengatakan, bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada kekayaan materi,kekuasaan politik,dan kesehatan yang baik. Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada hal-hal acak dan mengambang seperti itu sehingga setiap orang bisa meraihnya.

Pada dasarnya, aliran ini mengajarkan pada kesederhanaan manusia,karena kebahagiaan sejati bukan kebahagiaan yang bersifat duniawi. Salah satu tokoh yang paling terkenal dalam aliran filsafat ini ialah Diogenes,seorang filsuf yang berasal dari kota Sinope,ia hidup pada abad ke-4 SM. Setelah diusir dari kota kelahirannya karena ia telah menghancurkan nilai mata uang disana.Setelah itu,ia menetap di Korintus.

Ada kisah unik tentang filsuf satu ini. Alkisah ketika maharaja dari Makedonia, Alexander Agung memasuki  kota korintus di Yunani untuk bertemu dengan para pemimpin Yunani, semua orang memberikan rasa kagum yang berlebihan pada raja muda ini.Namun ada satu orang yang berbeda-beda dari orang-orang lain di kota itu dia bernama Diogenes.

Ketika Alexander pergi ke alun-alun kota Korintus, dia melihat Diogenes yang sedang berbaring di pinggir jalan, berjemur menikmati indahnya sinar matahari dengan tongkatnya.Lalu maharaja itu pun menghampirinya dan berkata “Hai saya suka dengan gayamu,katakanlah apa yang kau inginkan!?” lalu Diogenes menjawab “ya,aku memang perlu sesuatu”, “apa itu ?” Tanya Alexander , “Bisakah kau bergeser sedikit,kau mengganggu sinar matahariku” jawab Diogenes. Alexander terkejut dengan jawabannya & sangat benar-benar kagum dengan orang itu. Bagi orang itu jangan sampai kekayaan lahiriah menghambatmu untuk berpikir & mengganggu kebebasanmu.Alexander pun berkata kepada prajuritnya “andai aku bukan alexander,aku ingin menjadi Diogenes”

Peristiwa tersebut menunjukkan ke-konsistenan Diogenes untuk menghilangkan kebahagiaan yang bersifat duniawi. Dengan kesederhanaannya dia tidak ikut terjebak dalam kemunafikan dunia. Hanya saja, kaum sinisme juga berpendapat bahwa “jangan sampai membiarkan diri tersiksa akibat penderitaan orang lain” Maka dari itu istilah sinisme sekarang memiliki artian yang jelek dalam masyarakat, yaitu ketidakpercayaan yang mengandung cemooh pada ketulusan manusia. Ketidakpekaan terhadap penderitaan orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar