
Oleh ; Yosafat N.Manullang
Salah
satu aliran filsafat zaman Yunani kuno yang sangat saya kagumi adalah aliran
kaum”Sinisme”.Orang yang mendirikan aliran ini adalah Antisthenes yang
merupakan murid dari Socrates. Aliran ini mengatakan, bahwa kebahagiaan sejati
tidak terletak pada kekayaan materi,kekuasaan politik,dan kesehatan yang baik.
Kebahagiaan sejati terletak pada ketidaktergantungan pada hal-hal acak dan
mengambang seperti itu sehingga setiap orang bisa meraihnya.
Pada
dasarnya, aliran ini mengajarkan pada kesederhanaan manusia,karena kebahagiaan
sejati bukan kebahagiaan yang bersifat duniawi. Salah satu tokoh yang paling
terkenal dalam aliran filsafat ini ialah Diogenes,seorang filsuf yang berasal dari kota Sinope,ia hidup pada abad ke-4 SM. Setelah diusir dari kota kelahirannya karena ia telah menghancurkan nilai mata uang disana.Setelah itu,ia menetap di Korintus.
Ada
kisah unik tentang filsuf satu ini. Alkisah ketika maharaja dari
Makedonia, Alexander Agung memasuki kota
korintus di Yunani untuk bertemu dengan para pemimpin Yunani, semua orang
memberikan rasa kagum yang berlebihan pada raja muda ini.Namun ada satu orang
yang berbeda-beda dari orang-orang lain di kota itu dia bernama Diogenes.
Ketika
Alexander pergi ke alun-alun kota Korintus, dia melihat Diogenes yang sedang
berbaring di pinggir jalan, berjemur menikmati indahnya sinar matahari dengan
tongkatnya.Lalu maharaja itu pun menghampirinya dan berkata “Hai saya suka
dengan gayamu,katakanlah apa yang kau inginkan!?” lalu Diogenes menjawab
“ya,aku memang perlu sesuatu”, “apa itu ?” Tanya Alexander , “Bisakah kau
bergeser sedikit,kau mengganggu sinar matahariku” jawab Diogenes. Alexander
terkejut dengan jawabannya & sangat benar-benar kagum dengan orang itu.
Bagi orang itu jangan sampai kekayaan lahiriah menghambatmu untuk berpikir
& mengganggu kebebasanmu.Alexander pun berkata kepada prajuritnya “andai
aku bukan alexander,aku ingin menjadi Diogenes”
Peristiwa
tersebut menunjukkan ke-konsistenan Diogenes untuk menghilangkan kebahagiaan
yang bersifat duniawi. Dengan kesederhanaannya dia tidak ikut terjebak dalam
kemunafikan dunia. Hanya saja, kaum sinisme juga berpendapat bahwa “jangan
sampai membiarkan diri tersiksa akibat penderitaan orang lain” Maka dari itu istilah
sinisme sekarang memiliki artian yang jelek dalam masyarakat, yaitu
ketidakpercayaan yang mengandung cemooh pada ketulusan manusia. Ketidakpekaan
terhadap penderitaan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar